5 Fakta Sejarah Dunia Tentang Masa Kejayaan Kekhalifahan Abbasiyah

5 Fakta Sejarah Dunia Tentang Masa Kejayaan Kekhalifahan Abbasiyah

Masa Kekhalifahan Abbasiyah tercatat dalam sejarah dunia sebagai puncak kejayaan peradaban Islam. Baitul Hikmah merupakan salah satu bukti kemajuan peradaban umat muslim pada zaman itu.

Pendiri Kekhalifahan Abbasiyah adalah Abu Al-Abbas yang merupakan keturunan ke-4 dari Abbas bin  Abdul Muthalib. Kekhalifahan ini merupakan dinasti terbesar dalam Islam yang berkuasa sejak tahun 749 – 1258 Masehi.

Fakta Sejarah Dunia Tentang Masa Kekhalifahan Abbasiyah

Masa kejayaan kekhalifahan Abbasiyah terekam dalam sejarah dunia sebagai masa keemasan umat Islam, berikut penjelasan selengkapnya!

Setelah berhasil meruntuhkan kekhalifahan Umayyah, Abu Al-Abbas ditunjuk sebagai pemimpin Khalifah Abbasiyah yang pertama. Selama menjadi pemimpin, dia dikenal sebagai sosok yang tegas, berani, dan adil.

Selain dikenal sebagai pemimpin yang hebat dan bijaksana, Abu Al-Abbas juga memiliki peran penting dalam pembangunan peradaban Islam khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan. Berikut fakta-fakta menarik seputar kekhalifahan Abbasiyah.

Pendirinya Merupakan Keturunan Paman Rasulullah

Kekhalifahan Abbasiyah pertama kali didirikan pada tahun 750 oleh keturunan paman dari Rasulullah SAW, Abu Abbas merupakan keturunan dari Abdul Muthalib yang meninggal 100 tahun sebelum kekhalifahan tersebut didirikan.

Bani Abbasiyah berhasil menggulingkan Bani Umayyah yaitu kekhalifahan Islam yang berdiri di Damaskus pada tahun 661. Peperangan tersebut berhasil dimenangkan karena mereka menyatukan berbagai bangsa termasuk bangsa Persia di Khorasan.

Kekhalifahan Abbasiyah tidak mengelompokkan pejuangnya berdasarkan suku dan etnis tapi mengedepankan kepentingan bersama sebagai kekuatannya. Mereka menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resmi dan menerapkan syariat Islam dalam kekhalifahannya.

Ibu Kota Kekhalifahan Berada di Baghdad

Pemimpin Abbasiyah kedua, Al-Mansur disebut sebagai pemimpin terhebat dalam sepanjang kekhalifahan. Dia berhasil memindahkan ibu kota yang sebelumnya di Kufah berpindah ke Baghdad. Dia juga berhasil membangun peradaban yang maju dan makmur di Baghdad.

Alasan pemilihan Baghdad sebagai ibu kota baru didasari oleh kondisi geopolitik. Alasan Al-Mansur memilih Baghdad karena lokasi tersebut berada di antara sungai Tigris dan Efrat dengan tanah yang sangat subur.

Dengan begitu, akses sumber air dan makanan dapat dijangkau dengan mudah, sehingga sangat cocok untuk memperbesar kekuatan militer. Perkembangan perdagangan di Kota ini juga sangat bagus karena terletak di sepanjang jalur sutra.

Menjadi Puncak Keemasan Peradaban Islam

Dalam catatan sejarah dunia, Al-Mansur memilih tata letak kota melingkar dalam proses pembangunan ibu kota di Baghdad. Selain mendirikan masjid, mereka juga membangun istana yang sangat megah di bagian tengah kota.

Istana tersebut tidak hanya menjadi tempat tinggal penguasa dan keluarganya tapi juga menampung para cendekiawan/ilmuwan dan duta besar dari seluruh dunia.

Istana tersebut memiliki pintu berlapis emas dan kubah setinggi 40 meter yang membuatnya tampak megah dan mewah. Al-Mansur memperkerjakan sekitar 100 ribu orang untuk membangun kota dan istana tersebut.

Digulingkan Kerajaan Mongol

500 tahun setelah Baghdad dibangun kekhalifahan ini akhirnya runtuh karena invasi yang dilakukan oleh kerajaan Mongol. Pada tahun 1258, Mongol mengepung kota Baghdad dan menghancurkan kota tersebut.

Dalam aksi invasi tersebut ada ratusan ribu nyawa yang hilang, bahkan Baitul Hikmah yang menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia kala itu ikut dibakar. Serangan tersebut menjadi akhir dari masa kejayaan kekhalifahan Islam di timur-tengah.

Memiliki Perpustakaan Terbesar di Dunia

Semasa Kekhalifahan Abbasiyah kota Baghdad tidak hanya dikenal sebagai kota yang makmur. Tapi juga sebagai pusat ilmu pengetahuan berkat adanya Baitul Hikmah sebagai perpustakaan terbesar di dunia kala itu.

Di dalam Baitul Hikmah terdapat banyak buku dan karya ilmiah dari wilayah, mulai dari teks-teks dari Yunani kuno, India, China, hingga Afrika. Namun, semua buku dan karya ilmiah tersebut tidak ada yang tersisa karena dibakar oleh pasukan Mongol.

Catatan sejarah dunia tentang invasi yang dilakukan Mongol ke Abbasiyah tentu membawa kerugian yang besar. Kerugian tersebut tidak hanya berdampak pada masyarakat Baghdad tapi dalam bidang ilmu pengetahuan.

Andai saja Mongol tidak membakar habis Baitul Hikmah tentu sekarang kita bisa mengambil banyak ilmu dari buku-buku dan karya ilmiah yang ditemukan oleh ilmuwan zaman dulu.